Cinta yang tak bisa berenang hanya bersandar pada sebatang pohon kelapa sambil menunggu seseorang yang mungkin bisa menyelamatkannya. Air sudah mencapai lututnya. Kemudian lewatlah kekayaan dengan perahunya.
Cinta berteriak minta tolong :
“Kekayaan, kekayaan…! Tolonglah aku. Bolehkah aku ikut denganmu?”
“Maaf cinta aku tidak bisa membawamu dalam perahuku! Perahu itu sudah penuh dengan harta bendaku! “ jawab kekayaan.
Kekayaanpun terus mendayung perahunya perlahan meninggalkan pulau. Lewatlah kegembiraan dengan perahunya.
“Kegembiraan…! Tolonglah aku.” Teriak cinta.
Namun kegembiraan terus berlalu. Rupanya ia tidak mendengar suara cinta saking bahagianya. Kembali cinta terdiam sendiri. Lalu lewatlah kecantikan.
Kecantikan.. kecantikan, tolonglah aku…!
Namun kecantikan menolaknya.
“Tubuhmu kotor dan basah, nanti kau akan mengotori perahuku.”
Begitu jawabnya sambil terus mendayung perahunya. Bukan hanya kesal, tapi cinta juga merasakan sakit hati. Dari kejauhan datang sebuah perahu kembali datang, berharap ada yang dapat menolongnya.
“Kesedihan.. kesedihan.. kumohon tolonglah aku… tidak ada lagi yang dapat menolong selain Engkau.!”
“Maaf cinta, aku sedang sedih dan hanya ingin sendirian.” jawab kesedihan.
Air sudah sampai leher cinta, sebentar lagi dia akan tenggelam. Dia sudah putus asa dan menutup matanya. Menunggu nyawanya dicabut oleh Yang Maha Kuasa. Namun dari jauh datanglah sebuah perahu tua. Orang tua itu menarik tangan cinta dan memasukannya kedlaam perahu. Cinta terkejut bercampur bahagia. Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan cinta dan berlalu pergi. Cinta sadar bahwa dia tidak mengenal orang tua itu. Dia segera menanyakan pada penduduk setempat.
“Apakah engkau mengenal orang itu” tanyanya.
“Orang tua itu? Ouwh,,, dia adalah WAKTU”
“Tapi, mengapa dia menyelamatkanku, padahal aku tidak mengenalnya? Bahkan teman-teman dekatkupun tidak mau menolongku.” Sahut cinta
“Sebab, hanya waktulah yang tau berapa nilai cinta yang sesungguhnya.” Jawab penduduk itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar