Sabtu, 21 April 2012

Seminar 'STOP CHASING A JOB!"

Tau gak sih kalo IPK bukan penentu segalanya pas nyari kerja?
Tau gak kalo ranah kerjaan lulusan S-1 psikologi bukan cuma ngetes dan HR? 
Dan sebenernya kita bisa loch ga usah pusing-pusing cari kerja tapi bisa dapat kerjaan yang bonafit, 
Mau tau gimana caranya? 
Ayo ikut seminar "STOP CHASING A JOB!" 

Hari Rabu, 9 Mei 2012
Pukul 09.00 WIB - selesai
Di Auditorium Hj. Darlina Julius Gedung Fakultas Psikologi Lt. 10
Universitas Persada Indonesia YAI
Jl. Diponegoro no. 74 Jakarta Pusat

Narasumber : Hasreiza, S.Psi,MM ( Alumnus YAI, Vice President PT ACE INA) & Zora A. Sukabdi, M.Psi (Konsultan PIO).

HTM: Rp. 70.000
Include: seminar kit, sertifikat, souvenir, snack, lunch & doorprize.

Segera daftar ya, tempat terbatas!
CP: Dina 085718643134
       Adam  085715452121

Mention us @BEMFPsiUPIYAI

Seminar Social Media " You Are What You Share!"

Bener Ga sih lewat media sosial itu kita bisa tau kepribadian seseorang?
Apa yah kira-kira efek positif dan negatif nya kalo kita menggunakan media sosial? 
Penggunaan yang seperti apa sih yang sampai bisa dibilang "Social Media Addict?"
Pengen tau jawabannya ? Ayo buruan daftar di seminar sosial media " You Are What You Share!"

  • Pada Selasa, 8 Mei 2012
  • Di Auditorium Hj. Darlina Julius Gd.Fak. Psikologi UPI YAI Lt. 10 
  • Jln. Diponegoro No.74, Jakarta Pusat


  • Dengan Pembicara :
  • Prof. Sarlito Wirawan Sarwono @sarlitosarwono & Arief " @poconggg " Muhammad 


First Come , First Served !!!
Tempat terbatas !!!

Info lebih lanjut :
CP: Dwita ( 085781026210 ) mention kita di:
@BEMFPsiUPIYAI
@Psychoconnected 

Terima kasih :) 

PSYCHOCONNECTED


@BEMFPsiUPIYAI dengan bangga mempersembahkan @psycoconnected , program kerja final yang pastinya akan memanjakan kalian semua dengan berbagai kegiatan yang sangat menarik. so jangan sampai kelewatan, catat hari dan tanggalnya .. :)

Selasa, 10 April 2012

Seminar "PSIKOLOGI INTEGRAL"

Apa itu psikologi integral? penasaran? Temukan jawabannya disini.. Buruan Daftar :) 

Sabtu, 07 April 2012

BBM Air Seni

VIVAnews - Gas air mata dan lemparan batu bersahutan di depan Gedung DPR RI, 30 April Jumat pekan lalu. Di Jakarta, Medan, Makassar, dan kota-kota lainnya ribuan demonstran mahasiswa dan buruh tumpah ke jalan,  menentang rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Di tengah hiruk-pikuk itu, tiba-tiba dari Belanda terdengar kabar ada penemuan baru. Para ilmuwan di sana tengah mengolah urin alias air seni alias air kencing manusia sebagai energi alternatif pengganti BBM.
Berita dahsyat itu pertama kali disiarkan oleh Radio Nederland.  Para ilmuwan Negeri Oranye telah berhasil menguji kekuatan si “air kuning”. Kabarnya, hasilnya amat menjanjikan.
Adalah Universitas Teknologi Delft dan lembaga penelitian DHV yang mengembangkan teknologi pemrosesan urin ini. Baru-baru ini, mereka berhasil mendaftarkan paten temuan ini di China, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa. "Kami memproses urin yang dikumpulkan secara konvensional dan kimiawi," kata Andreas Glesen, Manajer Inovasi DHV Research.
Menurut Thiss Westerbeek, jurnalis Radio Nederland di Belanda, bahan bakar urin ini telah memasok energi setara 110 ribu Megawatt di 30 ribu rumah atau seluas satu kota kecil. Jika produksi urin ditingkatkan, para periset memprediksi daya yang dipasok bisa digenjot hingga lima kali lipat untuk jumlah rumah yang sama. Dan ini yang terpenting, tak cuma bisa dipakai untuk memasak, “energi kuning” ini dapat digunakan sebagai BBM alternatif untuk menggerakkan mobil bertenaga listrik.
Proses mengubah urin menjadi sumber energi alternatif ini cukup “sederhana”. Air seni mengandung senyawa amonia. Jika dipanaskan secara perlahan, urin akan berubah menjadi gas amonia. Gas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel bahan bakar (fuel cell), sejenis generator, dan kemudian digunakan untuk memproduksi energi lisrik. (lihat Infografik: Dari Urin ke Energi Listrik)
Jika pasokan urin dijaga selalu tersedia, energi listrik pun bisa diproduksi terus-menerus, setiap saat. Inilah keunggulan teknologi ini dengan energi yang dikonversi dari angin dan matahari, yang amat bergantung pada kondisi alam.
Sudah begitu, bahan sisa pemrosesan urin, asam fosfat, juga bisa digunakan untuk membuat pupuk urea yang tak berbahaya karena tak mengandung bahan kimia.
Temuan ini akan dibuka untuk para investor. Meskipun biaya awalnya cukup tinggi —tak dijelaskan berapa-- namun investasi selangit itu diproyeksikan sudah akan kembali dalam waktu 8-10 tahun. Di Belanda, jangka waktu seperti itu dianggap masih masuk akal dan bisa diterima dunia bisnis. “Penelitian ini dibiayai oleh pemerintah,” ujar Thiis.
Keseriusan Belanda mengolah air seni bisa ditarik lebih jauh ke belakang. Seperti dilansir CSIR e-News, untuk mengambil kekuatan “si kuning”, sejak tahun 2006 mereka telah mengembangkan teknologi yang dapat memisahkan air dari urin di toilet. Teknologi ini dikembangkan Dr. Jac Wilsenach. Gelar doktornya dia dapat dari Universitas Delft.
“Kita harus melihat urin sebagai sumber daya ketimbang limbah,” begitu kata Wilsenach yang kini bekerja sebagai peneliti senior CSIR Natural Resources and Environment.
Menurut dia, sebagai limbah kebanyakan urin mengandung 80 persen nitrogen, 50 persen fosfat, dan 70 persen potasium. Untuk memisahkan zat-zat itu dari air urin diperlukan toilet pemisah khusus. Maka, dia pun menciptakan toilet spesial yang diberi nama “NoMix.” Kendalanya, untuk mendapat bahan baku urin segar, jutaan rumah harus dibuat untuk mengganti toilet lama mereka dengan Nomix. Ini tentu bukan pekerjaan mudah.
Wilsenach tak hilang akal. Bekerja sama dengan pemerintah lokal, dia akan memasang "NoMix" di tempat-tempat umum: di blok perkantoran, sekolah, mal, dan bandara. Di area publik itu urin melimpah ruah, dan selama ini terbuang percuma. Dari situlah terbuka lebar untuk memproduksi energi alternatif dari urin jadi terbuka lebar.
Amerika Serikat
Diam-diam, teknologi ini tak hanya dikembangkan di Belanda, tapi juga di sejumlah negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Meksiko, dan Skotlandia.
Di Amerika Serikat, pelopornya adalah Profesor Gerardine Botte dari Universitas Ohio. Pada tahun 2009, ia melihat ada tiga kelemahan dalam bahan bakar fosil. Pertama, tidak bisa atau sulit diperbarui. Kedua, proses eksplorasinya butuh biaya besar. Dan ketiga, emisi gasnya terbukti menyebabkan peningkatan pemanasan global.
Dia juga melihat kelemahan bahan bakar hayati (bio-fuel). Sebab, di masa depan ini akan menyebabkan perebutan antara kebutuhan akan makanan dan bahan bakar.
Maka, dia pun melirik urin. Dia melihat kemungkinan urin menjadi sumber energi masa depan buat kendaraan berbahan bakar hidrogen. 

Botte melihat urea adalah zat terbanyak di urin. Urea itu merupakan sumber potensial untuk dikonversi jadi hidrogen. Lantas, dia memanfaatkan teknologi elektrolit untuk menghasilkan hidrogen dari air seni. Setiap molekul urin mengandung empat atom hidrogen. Jumlah ini lebih banyak dibanding hidrogen yang dikandung air. Dalam perhitungannya, seperti dikutip wired.com, mengolah hydrogen dari urin lebih efisien biayanya ketimbang dari air. Listrik yang digunakan juga hanya 0,37 volt, sementara dari air memerlukan 1,23 volt.
Urin juga melimpah. Saban hari setiap orang mengeluarkan urin sebanyak 0,9 sampai 1,5 liter per hari. Kalikan saja dengan jumlah penduduk dunia yang berkisar 7 miliar. Dengan demikian, tersedia 7 miliar liter urin segar setiap hari untuk dikonversi menjadi hidrogen.
Kini, Botte tengah difasilitasi Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk membuat kendaraan tempur ringan berbahan bakar hidrogen dari urin. “Dengan demikian, tentara di lapangan bisa membawa BBM-nya sendiri,” kata Botte seperti dikutip Discovery News. Itu bukan guyonan, karena memang bisa jadi persoalan serius di medan perang yang sulit, seperti gurun atau hutan.
Inggris
Di negeri Big Ben, BBM-urin diteliti Dr. Ioannis Jeropoulos dan timnya dari Universitas West England, Bristol. Menurut The Guardian, dia telah mempublikasikan hasil risetnya di Journal of Physical Chemistry.
“Urin secara kimia sangat aktif, ” kata Dr. Jeropoulos. Menurut hitungan dia, tiap manusia memproduksi urin sebanyak 6,4 triliun liter urin per tahun. Jumlah itu lebih dari mencukupi untuk mensuplai teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) atau sel bahan bakar mikroba yang tengah dia kembangkan.
Penelitiannya sudah berjalan tiga tahun. Dia menggunakan energi MFC dari urin untuk menggerakkan robot EcoBot III yang dia rancang bersama peneliti Bristol Robotics Laboratory. Dia melihat urin banyak mengandung nitrogen, urea, klorida, kalium dan bilirubin. Ini material yang sangat baik untuk sel bahan bakar mikroba. Menurut dia, 25 mililiter urin yang disuntikkan ke kotak anoda bisa menghasilkan daya 0,25 megawatt listrik--cukup untuk menyalakan alat bantu pendengaran selama tiga hari.
Meksiko
Diungkap Space Safety Magazine, Badan Luar Angkasa Meksiko pun rupanya tengah meneliti kegunaan urin untuk kepentingan penjelajahan luar angkasa. Penelitian itu dipimpin Prof. Gabriel Lunar Sandoral. Dia meneliti urin untuk menghasilkan hidrogen dan oksigen untuk dimanfaatkan di luar angkasa. Hidrogen bisa dijadikan bahan bakar pesawat luar angkasa, sementara oksigen—tentu saja--untuk bernafas. NASA sendiri sejauh ini baru mengolah urin menjadi air minum.
Skotlandia
Di negeri “Brave Heart”, penelitian air seni untuk menjadi pengganti BBM tengah dilakukan di Fakultas Teknik dan Ilmu Fisika Universitas Edinburgh. Dua orang doktor kimia di universitas itu, Shanwan Tao dan Rong Lan, mendapat hibah 130 ribu pounds untuk melakukan riset penting tersebut.
Indonesia
Lantas bagaimana di negeri yang riuh dengan soal harga BBM ini?
Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ir. Erlan Rosyadi M.Eng, garuk-garuk kepala. “Riset urin? Tidak pernah kita melakukan itu,” ujarnya kepada VIVAnews (lihat Energi Alternatif, Dari Kakus ke Dapur).
Hal senada disampaikan Dr. Neni Sitawardani, peneliti fisika senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Menurut dia, urin belum diteliti sebagai alternatif pengganti BBM.
Urin, jelas Dr. Neni, baru dimanfaatkan untuk membuat pupuk. Salah satu yang memeloporinya adalah sebuah pabrik pupuk di Indramayu. Petani di sekitar pabrik itu menggunakan pupuk urin itu. “Hasilnya cukup bagus,” kata Neni. Selain mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, para petani mengaku padi yang dihasilkan lebih pulen dan manis.
Nah!
Daripada ribut terus tak berkesudahan, kenapa tak segera saja meneliti dan memanfaatkan air kencing 250 juta penduduk negeri yang amat haus BBM ini? (kd)
© VIVAnews

Jumat, 06 April 2012

Sleep Magic

Sleep Helps Protect Your Brain


I love the way I feel after a good night's sleep.  My body is rested; my mind feels clear and alert; and I am happy to just linger in bed and relax.  Of course, this delightful state is eventually interrupted by an alarm going off or the dog barking for me to feed him.
But I continue to feel good throughout the day if I slept well the night before.  It's as if my entire system—my body and my brain—have been reset in a healthy way.
This good feeling may be a result of the anti-inflammatory effects of sleep.  Chronic brain inflammation appears to contribute to cellular deterioration that can lead to Alzheimer's disease.  Getting a good night's sleep has a positive impact on that inflammatory process and may explain why people who sleep well regularly often look younger and have more energy.
When scientists measure a volunteer's blood markers of inflammation, they find that after the volunteer has had a restful night of sleep, those measures improve significantly.  These are the same measures that improve when we eat anti-inflammatory foods like omega-3 rich fish or olive oil.  Dr. Wendy Troxel and colleagues at the University of Pittsburgh have found that people with sleep problems such as difficulty falling asleep, fretful sleep, or loud snoring have a higher risk for metabolic syndrome, another condition linked to chronic inflammation that puts the brain at risk for neurodegeneration.
Scientific evidence tells us that actually sleeping on our problems is an efficient way to solve them.  During sleep, our brain's memory centers are busy consolidating recall for more effective memory when we're awake.  Sleeping well is an important way to improve your memory ability and may lower risk for cognitive decline.
About 30 percent of adults suffer from insomnia.  The following are a few strategies to consider if you're having trouble falling or staying asleep through the night.
  • Stay up during the day.  A daytime nap can be invigorating, but if you already suffer from sleeplessness at night, try not to nap so you'll feel more fatigued at bedtime.
  • Avoid evening liquids.  After dinner, try not to drink large quantities of water or other drinks.  A full bladder can awaken you during the night and you may have trouble getting back to sleep.
  • Stay mellow in the evening.  Watching lively nighttime sports or an exciting movie thriller tends to hype some people up, making it harder for them to fall asleep.
  • Avoid caffeine at night.  Whether it's from tea, coffee, soda or even a chocolate bar, caffeine can keep us awake, so avoid it in the evenings.  Try to skip coffee entirely in the late afternoon and evening.
  • Maintain good sleep habits.  It helps to get into bed at the same time each night.  Try to skip watching TV, eating, or even reading a book.  Simply turn out the light and take a few moments to get settled.  If you are not asleep after 20 minutes, get out of bed and do something else until you feel tired again.  Once you go back to bed, get settled, and give it another 20 minutes.  Every time you get into bed to sleep, try remaining still and focus on slow, steady breathing.